Cintaku adalah rasa asin pada lautmu.
Matahari mengira ia bisa menguapkan aku dari engkau, mengawankanku di langit yang asing. Ia salah, tapi biar saja, aku tak mau menyalahkannya.
Cintaku adalah hara menyebati di tanah kebunmu.
Matahari mengira hanya ia yangmenumbuhkan engkau dan memekarkan bunga-bungamu. Ia salah, tapi biar saja, aku tak akan menyalahkannya.
Kau adalah dinding bata merah, aku sirih memanjatimu sesulur-sesulur.Â
Kita berdua, berutang pada tanah, yang mengulurkan aku padamu [*]
ciyeeeh..
jadi kapan aku dapet undangan darimu, bu? ^^
ini nih pertanyaan terberat pada abad ini, heheheee 🙂
Iya wind, biar saja…. Sayang bukan puisi ewind sendiri, tapi gpp. Ku tahu itu isi hatimu 🙂
ah kamu tau zi isi hatiku? aku aja enggakkk tauuu, yeaaaa 🙂